Direktur The Wahid Institute Yenni Wahid mengatakan bahwa selama ini dirinya bersama institusi yang dipimpinnya menemukan satu faktor yang yang dipandang begitu krusial. Faktor yang bisa memperkuat semangat intoleransi ataupun justru menutup kebencian.
“Faktor itu adalah kepemimpinan. Kepemimpinan sangat menentukan hawa toleransi di suatu daerah akan menjadi panas atau sejuk. Karakter pemimpin menentukan apakah keberagaman apa bisa dipelihara dan diayomi,” katanya Kamis (26/9).
Yenni melihat saat ini banyak pemimpin yang terpenjara dalam dilemma dan ketidakpercayaan diri ketika berhadapan dengan persoalan persoalan di masyarakat yang menggunakan bungkus agama.
“Mereka tidak tahu harus berbuat apa mengenai mereka yang membawa agama. Akhirnya mereka diam, dan pada akhirnya memberi ruang kepada sikap intoleransi tersebut. Bukan karena setuju dengan sikap seperti itu. Tetapi karena kadang-kadang karena ketidakmengertian mereka dan ketakutan,” tambahnya.
Untuk itu Yenni menjelaskan bahwa seorang pemimpin perlu untuk turun langsung menyelesaikan masalah sensitif yang ada dan bukan hanya berdiam diri.
“Apakah dia mau turun langsung ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah terutama yang berkaitan dengan isu isu sensitif atau dia hanya cenderung berada di menara gading dan berharap bahwa persoalan akan selesai diserahkan pada FKUB, ulama-ulama, kiai.”
Saat ini masyarakat butuh pemimpin yang mau turun secara langsung melihat, mendengar, merasakan dan mengawasi sendiri kondisi masyarakatnya dan juga berani untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang cepat dan tepat tanpa menunggu kajian-kajian atau perkembangan-perkembangan lagi.
Baca Juga Artikel Lain